Photo by Carl Heyerdahl on Unsplash

10 tahun yg lalu, saya adalah peserta LKS tingkat provinsi Jawa Barat. waktu itu, memang sekolah kami hanya satu-satunya yg membuka jurusan IT jadi secara otomatis kita mendapatkan kesempatan mewakili Kabupaten Sukabumi di tingkat provinsi.

Jurusan kami multimedia. Teringat waktu itu nginstall wampp aja g ada yg ngerti, dan saya tau pas waktu lomba bahwa untuk membuat suatu halaman Web itu butuh pengetahuan HTML, CSS, dan PHP. Jadi, masih di tempat yg sama kala itu saya hanya membuat Web dengan menggunakan flash. Iyah Flash, Karena saya cuma bisa maenin flash kemudian saya embed ke Dreamweaver. Alhasil, Alhamdulillah mungkin bisa jadi juara paling akhir, lha wong g sesuai prosedur.

3 tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2004 saya pun adalah peserta lomba Matematika mewakili Kabupaten Sukabumi di tingkat Jawa Barat. Kondisi nya tidak jauh beda, kita ketinggalan pengetahuan dan wawasan. Yup, begitulah perbedaan pendidikan antara orang Desa dan Kota kala itu.

Teringat pembimbing saya pak Shalahuddin Damhury berkata, gpp skarang kita kalah, kita jadikan ini pelajaran.

Saya bertekad dan yakin dalam hati saya, jika saya diberikan kesempatan mengetahui ini lebih dulu, saya yakin saya mampu bersaing. Bukan masalah menang atau kalah, siapa yang unggul atau bukan, intinya kita mampu bersaing. Masalah juara itu banyak faktor. Qodarullah, kita bisa juara tahun ini.

Catatan :

Jika kita tidak mengetahui Medan tempur, kurang cukup pembekalan ilmu, mana bisa kita bersaing. Yg ada secara kasar kita sudah kalah sebelum bertanding atau klo dalam peperangan mati konyol, pergi berperang tanpa persiapan.

Seiiring berkembangnya Teknologi, kesenjangan itu sudah mulai berkurang… Meski fasilitas di desa, tapi Alhamdulillah wawasan  dan pola pikir kita sudah mulai berubah dan insya allah kita bisa belajar lebih baik lagi.

Di penghujung Tahun 2014 saya lulus kuliah. saya diberikan kesempatan menjadi juri lomba webdesign di tingkat kabupaten Sukabumi. Terus terang saya miris. Dengan kemampuan saya yg seadanya, saya bisa menilai klo juara 1 nya ini belum siap ke medan perang, belum siap bertanding. Meskipun dikasih bimbingan sekalipun  tidak akan terkejar. Akhirnya saya  putuskan kembali ke Sukabumi, dan tahun 2015 awal saya diberikan amanah menjadi seorang guru dengan harapan bisa membawa perubahan dan memberikan atmosfir yg lebih kondusif.

Tahun ajaran 2015-2016 saya tidak paham, tidak ada undangan ke sekolah kami. Kami pun gigit jari dan bersedih, jangankan merasakan atmosfir lomba, di Kabupatén pun kami dinyatakan kalah sebelum bertanding. Bagi saya pribadi, Sebelum kita berperang kita harus tau dan baca Medan, ukur kemampuan lawan terlebih dahulu, mungkin Istilahnya SWOT Analisis.  Saya asumsikan ini pertarungan  yah biar kesannya lebih jelas. 🙂

Tahun ini adalah tahun dan pengalaman pertama saya membimbing. Deg-degan dan rasa keluh kesah pun menghantui kami. Namun Alhamdulillah sujud syukur saya panjatkan, kita langsung naik podium 1 dan Mudah-mudahan kita bisa bersaing di tingkat Nasional bahkan internasional.

Lomba ini sebetulnya hanya sebagai tolak ukur sejauh mana kualitas pendidikan yg kita berikan, sejauh mana siswa kita bisa bersaing di kancah nasional dan internasional. Pengalamannya jauh lebih berharga dibanding kata juara

Adik-adiku, terkhusus yg tinggal di daerah yg mungkin fasilitasnya minim, jangan berkecil hati. Tetap optimis dan manfaatkan peluang yg ada. Jangan malu untuk bertanya, klo kalian sudah bisa membuka dan membaca ini, berarti kalian sudah punya modal untuk melihat jendela dunia. Teruslah bermimpi dan raih mimpi itu. Saya doakan mudah-mudahan kita semua mendapatkan pendidikan yg lebih baik lagi dengan moral dan Attitude yg baik.

Semakin tinggi ilmu, semakin banyak berbagi.


Bandung, 22 April 2017